6 Kesalahan Paling Sering Dilakukan Pengendara Mobil Matic

13/09/2017 | Mobilmo.com

Akhir-akhir ini nampaknya minat konsumen terhadap mobil bertransmisi otomatis atau mobil matic semakin besar. Terbukti dari beberapa model baru yang diluncurkan, penjualan mobil matic mengungguli penjualan mobil transmisi manual. Sebut saja dua model baru Mitsubishi

Ini menandakan bahwa pengguna mobil matic makin meningkat jumlahnya. Terlebih untuk wilayah perkotaan yang memiliki tingkat kepadatan lumayan tinggi macam Jakarta, mobil bertransmisi matic memang lebih enak digunakan. Hanya saja, ada banyak hal yang harus diperhatikan mengingat pengoperasian transmisi matic tidak sama dengan transmisi manual. Keduanya punya karakter yang berbeda. Mungkin karena belum terbiasa atau belum banyak mengetahui bagaimana yang terbaik, banyak kesalahan sering dilakukan oleh pengendara mobil matic. Anjar Rosjadi, selaku Technical Service Executive Coordinator Astra Daihatsu Motor (ADM) menuturkan dari beberapa kesalahan yang sering terjadi saat mengoperasikan mobil matic, ada yang berdampak cukup buruk bagi mobil serta berbahaya saat berkendara.

6 Kesalahan paling sering dilakukan pengendara mobil matic

Berikut beberapa kesalahan paling sering dilakukan pengendara mobil matic seperti dijelaskan oleh Anjar.
  • Pertama; tuas tetap pada posisi D atau Drive pada saat berhenti cukup lama di lampu merah atau macet parah. Hal ini bisa berbahaya karena dikhawatirkan pengemudi lelah atau terlena sehingga tak sadar injakan remnya berkurang. Dalam posisi D ini, mobil bisa melaju ke depan dengan sendirinya, yang artinya risiko menabrak kendaraan atau objek di depannya sangat besar.
  • Kedua: terbiasa menginjak pedal gas dan rem secara bersamaan. Kasus semacam ini bisa membuat kanvas rem cepat aus dan juga berbahaya sebab lebih sulit mengontrol kendaraan. Solusinya adalah membiasakan diri menggunakan satu kaki untuk pedal gas atau rem secara bergantian.
  • Ketiga; tuas selalu pada posisi D (Drive) atau selalu diposisi L (Low) saat berkendara di jalanan naik turun seperti di daerah pegunungan. Sangat dianjurkan untuk bergantian posisi transmisi antara D dan L. Kalau selalu menggunakan posisi L meski jalanan sudah agak rata, kopling transmisi akan cepat panas, bahkan terbakar bila panasnya terlalu berlebihan.
  • Begitu pula sebaliknya kalau selalu menggunakan posisi D juga bisa berbahaya terutama di kondisi jalan sedang menurun, sebab mobil akan melaju sangat cepat tanpa ada bantuan pengereman dari mesin atau engine brake. Kontrol kendaraan jadi lebih sulit karena pengereman hanya mengandalkan pedal rem.
  • Keempat; terlalu bersemangat menginjak pedal gas saat mau parkir atau keluar parkir tanpa memperhatikan dengan seksama posisi tuas persneling. Dipikirnya posisi D ternyata R. Mobil jadi meluncur mundur tak terkendali, atau sebaliknya disangka masih mundur ternyata posisi maju. Akhirnya menabrak yang di depan.

  • Kelima; tidak mengangkat bagian roda penggerak ketika menderek mobil matic. Dalam posisi seperti ini, besar kemungkinan komponen transmisi akan rusak karena memaksa kendaraan berjalan tanpa lubrikasi atau pelumasan (oli tidak tersikulasi karena pompa oli mati dan mesin mati)
  • Keenam; yang sering diabaikan pemilik mobil matic yaitu oli transmisi tidak diganti secara teratur sesuai jadwal. Hal ini bisa membuat keausan dan merusak kendaraan karena fungsi pelumasan pada transmisi tidak optimal. “Bisa terjadi keausan, karena fungsi lubrikasi di dalam transmisi tidak optimal. Sehingga bisa mengakibatkan kerusakan yang fatal pada komponen transmisi,” ujar Anjar.
Kesimpulan, meski berkendara dengan mobil matic lebih praktis dibanding mobil transmisi manual, prosedur pengoperasian harus benar-benar dipatuhi. Kesalahan sedikit apapun bisa berpotensi membahayakan keselamatan pengendara maupun kondisi kendaraan.