Dianggap Biang Kemacetan, Inilah Perbandingan 100 Orang Naik Bus Dengan Bawa Kendaraan Pribadi

25/08/2017 | Mobilmo.com

Kemacetan selalu saja menjadi masalah yang sulit dipecahkan, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Tidak pandang waktu, entah itu pagi, siang sore bahkan malam sekalipun pemandangan kepadatan lalu lintas selalu menghiasi jalanan. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengurai masalah satu ini. Hasilnya, cuma berkurang sedikit kalau tak mau dibilang nihil. Salah satu yang selalu disebut menjadi sumber kemacetan adalah keberadaan kendaraan pribadi di jalan raya baik itu mobil maupun motor. Bayangkan, kalau satu orang membawa satu mobil atau satu motor, berapa ribu kendaraan pribadi yang memenuhi jalanan Jakarta. Lebih-lebih di jam-jam sibuk seperti saat berangkat dan pulang kerja. Tentu lalu lintas semakin penuh sesak.

Pemerintah sudah tak terbilang melakukan berbagai upaya menangani masalah ini. Dari mulai pembatasan penggunaan mobil pribadi, pelarangan melalui kawasan tertentu untuk sepeda motor, pengurangan armada angkutan yang yang tak layak jalan, juga pembuatan jalan-jalan baru. Anjuran untuk menggunakan mode angkutan umum di ibu kota juga tak henti-hentinya disuarakan. Tujuannya agar kepadatan jalan raya bisa berkurang dan tidak sering terjadi kemacetan akibat menumpuknya kendaraan pribadi. Jakarta Smart City mencoba membuat data perbandingan tentang kepadatan jalanan di Jakarta. Melalui akun Twitternya,‏ @JSCLounge, Jakarta Smart City menghitung panjang jalan yang dibutuhkan untuk 100 orang pengguna kendaraan atau angkutan. Dari data infografis yang disajikan, terlihat bahwa 100 orang yang menggunakan menggunakan bus Maxi Transjakarta hanya membutuhkan ruas jalan sepanjang 13.5 meter, sebab 100 orang bisa langsung diangkut menggunakan satu unit bus Maxi Transjakarta. Infografis yang kedua, jika 100 orang pengguna kendaraan tersebut masing-masing menggunakan mobil pribadi, dibutuhkan jalan sepanjang 510 meter untuk satu lajur jalan. Ini adalah asumsi bila satu mobil membutuhkan 5 meter jalan sudah sama jarak antar mobil. Bila menggunakan jalanan dua lajur, berarti dibutuhkan panjang jalan 255 meter. Masih cukup panjang. Bila menggunakan tiga lajur, maka jalanan sepanjang 170 meter akan penuh dengan kendaraan pribadi. Mungkin bisa dianggap tidak terlalu panjang, tapi hal ini akan menyulitkan kendaraan lain yang untuk melintas seperti kendaraan niaga dan angkutan barang. Berikutnya, jika 100 pengguna kendaraan tersebut menggunakan sepeda motor satu orang satu motor, maka dibutuhkan jalan sepanjang 85 meter untuk satu lajur dengan jarak antar motor 0.5 meter. Tinggal dicari hasilnya berapa meter panjang jalan yang dibutuhkan bila 100 pengguna motor tadi berjalan dalam dua atau tiga lajur.

Perhitungan di atas tentu bisa menjadi acuan, mode angkutan mana yang paling rentan terhadap kemacetan serta mana yang paling mudah diurai bila suatu saat mengalami kemacetan di jalanan. Setuju tidak setuju dengan infografis dari Jakarta Smart City di atas, itu hanyalah hitungan teoritis. Kenyataan di lapangan tergantung situasi dan kondisi. Tidak hanya faktor kendaraan pribadi dan motor yang menyebabkan kemacetan sering melanda ibu kota. Komentar dari tweet di atas juga tidak semuanya sependapat. Ada yang setuju ada yang kurang setuju. Ada juga yang mengutarakan alasan mengapa orang pada enggan naik angkutan umum, seperti ketiadaan jaminan keamanan, jarak yang cukup jauh antara halte dengan tempat tinggal atau tempat kerja dan yang lain. Bahkan ada juga yang mempertanyakan mengapa malah motor yang dilarang kalau memang sumber kepadatan nomor satu adalah mobil pribadi.